Nama : Andradito Muhammad Wisnu
SMP Dharma Karya UT
Jln. Talas II/30 Pondok Cabe Ilir Pamulang Tangerang Selatan
Kelas : 7(tujuh )
Usia : 12 tahun

Dalam Keadaan Tidak Sadar

Saat bel istirahat, aku memikirkan alam.  Aku memikirkan pohon-pohon yang semakin lama semakin sedikit. Aku kasihan kepada pohon itu. Karena pohon yang memberikan kita nafas, tetapi kita yang malah membunuhnya. Aku tidak suka pohon-pohon itu mati karena penebangan liar.

Saat terdiam, aku tiba-tiba masuk  ke dunia yang penuh dengan pohon. Aku melihat pohon-pohon di bumi sakit parah dan hampir mati. Pada saat itu aku melihat ada pohon yang sangat besar dan sangat tinggi sekali. Aku mendekatinya dan aku berbicara padanya.

“Berapa usiamu?”, tanyaku. Pohon itu tidak menjawabnya. Aku bertanya sekali lagi, dan tidak di jawab pula. Di sebelah pohon itu, aku melihat ada pohon yang sedang sakit. Perlahan-lahan aku mendekatinya.

“Hallo!”,aku memberi salam padanya.


“Hai”, jawab pohon itu. Dia meminta tolong padaku, untuk menyelamatkannya. Aku terdiam beberapa saat. Lalu pohon itu memintaku lagi untuk menyelamatkannya.


“Apa yang harus kulakukan?” aku menjawab dengan penuh tanda tanya.


“Tolong hentikan penebangan liar dan asap-asap yang membuatku seperti ini!. Aku sudah tidak mempunyai sahabatku lagi”, jawab dia sambil terbatuk-batuk.


“Hah? Aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Tolong ceritakan padaku apa yang telah terjadi padamu dan sahabatmu!”.


“Saat 15 tahun yang lalu. Aku ditanam oleh sahabatku yang bernama Somat. Dia sangat senang merawatku. Saat aku telah tumbuh besar, Somat akan pindah rumah. Somat tidak ingin pindah rumah karena masih ada aku di rumah itu. Aku mndengar suara Somat yang tidak ingin pindah rumah. Aku mendengarnya sambil terharu. Akhirnya orangtua Somat pun berniat untuk memindahkanku dari rumah itu, ke rumah barunya. Saat aku dijalan, aku hampir kehabisan nafas. Aku ingin cepat-cepat ditanam lagi. Saat sesampainya di rumah itu, aku tidak langsung ditanam.  Aku berfikir ajalku sudah dekat lagi. Lalu aku pingsan. Dalam pingsanku, aku mendengar suara Somat yang meminta kepada orangtua nya agar aku ditanam hari itu juga. Orangtua nya menjawab dengan rasa sedikit amarah karena orangtua Somat sedang sibuk menata barang-barang. Orangtua Somat akan menanamku besok. Tetapi Somat tetap ingin aku ditanam hari itu. Somat diam-diam pergi keluar rumah untuk menanamku. Tetapi Somat ketahuan oleh orangtuanya. Somat dinasehati oleh orangtuanya. Akhirnya Somat mengikuti apa yang dikatakan oleh orangtuanya. Walaupun ada sedikit rasa kesal dan kecewa. Pada malam hari, aku mendengar ada suara orang yang memanggilku. Saat aku bangun, ternyata di sebelahku sudah ada pohon yang besar. Dia mengatakan kepadaku bahwa aku sudah ditanam olehnya. Aku sangat berterima kasih padanya. Kita berkenalan. Ternyata dia bernama Guno. Saat aku  sudah tumbuh besar, dan Somat pun sudah besar. Keluarga Somat akan pindah rumah lagi. Karena di daerah rumah itu sangat banyak sekali sampah-sampah yang menumpuk dan polusi. Ternyata Somat sudah tidak memikirkanku lagi. Pada saat pergi, Somat tidak mengucapkan satu kata pun kepadaku. Apa lagi memegangku dan memindahkanku lagi. Akhirnya Somat pergi meninggalkaku. Untungnya ada Guno yang menemaniku di saat sedih dan kesepian. Karena sudah tidak ada Somat lagi yang menyayangiku. Semakin lama aku dan Guno semakin besar. Guno sakit karena banyak polusi yang menghambat pernafasanya. Guno semakin hari semakin sakit. Dan dia mati beberapa lama sebelum kamu datang.”

Aku terharu mendengar saat mendengar cerita itu. Aku ingin menyelamatkan nya. Tetapi aku sudah terlambat.

Tiba-tiba aku tersadarkan oleh suara bel masuk kelas. Aku baru tau bahwa yang tadi itu hanya mimpi. Lalu aku segera masuk kelas.

Saat perjalanan menuju rumah, aku melihat ada rumah yang sangat banyak sekali pohonnya. Aku sangat senang kalau tinggal di rumah itu. Karena udara nya pasti sejuk. Akhirnya aku sampai rumah. Saat pagi hari, aku siap-siap untuk pergi ke sekolah. Saat perjalanan menuju sekolah, aku melihat rumah yang dipenuhi oleh pohon, sekarang sudah ditebangi semua pohonnya. Aku sangat tidak suka kepada orang yang memperbolehkan pohon-pohon itu ditebang. Sesampai di sekolah, aku langsung masuk kelas dan mulai belajar. Saat di tengah pelajaran, ada pengumuman supaya siswa dan siswi berkumpul di lapangan. Ternyata ada penyuluhan tentang pohon. Setelah diberi penyuluhan, anak-anak disuruh untuk membawa tanaman besok. Aku ingin membawa pohon, karena nantinya pohon itu akan tumbuh besar.
Di rumah aku meminta ibuku untuk menghantarkanku ke tempat penjual tanaman. Se Sesampai di sana, aku memilih pohon yang aku inginkan dan aku membelinya. Keesokan harinya, aku membawa pohon yang kemarin aku beli bersama ibu. Sesampainya di sekolah, aku langsung mengumpulkannya ke guru piket.